dinsdag 7 oktober 2008

Satu malam bersama gadis Berlin timur

Dear pembaca. Kisah ini aku ketik ketika aku sedang menunggu boarding time di Tegel airport Berlin.

Berlin malam sabtu

Setelah enjoying segelas kopi mantab ditambah hiburan live piano di Westin grand Hotel Berlin, tuntaslah sudah misi saya mlm itu. Sayang hujan masih mengguyur Berlin sesegeralah saya naiki anak tangga S Bahn station yg kebetulan terletak didepan Westin grand Hotel. Tampa menunggu lama-lama, datanglah S bahn tua bermonor S75 dgn tujuan Ostkreuz. Tampaknya seisi Berlin sedang tertidur lelap mlm itu, tdk terlihat sama sekali suasana nite live layaknya kota-kota metropolitan di dunia seperti Paris atau Madrid. Mungkin suhu 2 derajat yg dinginnya sangat menusuk tulang dan hujan yang setia mengguyur Berlin 3 hari terakhir ini membuat jutaan berliner terlelap nyenyak. Mlm itu saya adalah penumpang ketiga yang menaiki gerbong subway tua itu. Ada seorang gelandangan yg tertidur pulas,sambil menenteng sebotol whiskey Chivas regal, entah apa isi dr botol itu sementara itu diujung gerbong lainnya duduk seorang pemuda dengan rambut ala slipknot.



Dengan cepat, S Bahn membawa kami menuju Berlin timur, pemandangan gemerlapnya downtown Berlin berubah menjadi kesemrawutan graffiti dan kekumuhan ala kota kota terbelakang di Eropa Timur, terasa dengan jelas betapa dingin dan kejamnya rezim ala sosialis komunis DDR di masa2 jayanya. Perlu diketahui, Berlin timur dan barat dipisahkan oleh tembok Berlin. Berlin timur, tempat dimana saya menginap berada dalam pengawasan Rezim DDR sementara barat dibawah pemerintahan Aliansi barat, USA, UK dan French.Tampaknya 18 tahun bukanlah waktu yang cukup lama untuk membangun kembali kota Berlin.

Tepat pukul 2 pagi, tibalah gerbong saya di peron station transfer Ostkreuz, Hotelku terletak 6 station dr station Ostkreuz. Namun cukup aneh, malam itu hanya ada aku dan seorang gadis Berlin yang menunggu datangnya S Bahn, station transfer Ostkreuz adalah tempat bertemunya 8 S Bahn dan salah satu station terbesar di Berlin Timur. Namun krn saya tdk sendirian, maka hilanglah kekhawatiranku akan tdk beroperasinya satu2nya cara pulang mlm itu ke hotelku. Mulailah aku menganalisa gadis tsb. Kira2 siapakah dia, pakaiannya Sangat modis, topi ala seniman, dengan blazer selutut plus spatu lars medium dan legging tebal membalut kakinya. Tentunya sjaal panjang tak lupa melilit lehernya semuanya dalam warna yang harmonis. Ckp kontras dengan gaya pakaian gadis2 di belanda, yang selalu memakai jeans ketat plus jaket ngatung,,,terkadang sedikit memamerkan underwearnya.


Mulailah khayalanku mengawang sambil ditemani music The beatles dr Ipodku,,mgk dia adalah seorang SPG yg hrs bekerja hinggal larut malam, atau mgk pelajar yg br kembali dari rumah sang pacarnya. Dr gaya pakaiannya yang sangat rapih,kupikir dia bukannlah pekerja Sex tengah malam yg kerap kutemui di sudut2 kota berlin atau pekerja di Bar. Tiba-tiba muncullah seorang lelaki jerman didepanku, dengan kerasnya dia bicara dlm bahasa jerman yg tdk bisa ku mengerti. Tampaknya dia adalah pegawai DB ( Perumkanya jerman ). Dgn Inggrisnya yg terbata-bata : No train to Landsberger Alle, taxi or walking walking, landsberger Alle adalah tempat dimana hotel Novotel berada. Setelah itu,petugas tsb pun menghampiri sang gadis, aku pun lgs meninggalkan station Ostkreuz. Pengalamanku terdampar di kota-kota besar di Eropa dan kemampuanku membaca peta membuatku tenang dan tidak panic. Kunjunganku ini adalah kunjunganku yg ketiga kalinya di Berlin, aku sudah ckp mengenal kota ini. Kupikir jarak dr Ostkreuz ke Langsberger alle berjarak sekitar 10 km dpt dgn mudah kutempuh berjalan kaki.

Tiba-tiba ditengah sunyinya mlm, seorang gadis menyapaku dr belakang, ternyata yg menyapaku adalah sang gadis yg td jg menunggu S bahn di station yg sama. Hallo Sir, good morning , dengan aksen Germans nya yg kental. Dia pun lgs bertanya, apakah saya akan menuju landsberger Alle, tampaknya petugas DB yg td berbicara denganku memberitahu dia bahwa ada juga seorang turis yg terdampar malam itu yg kebetulan juga searah dengan gadis itu, Saya pun lgs mengiyakan pertanyaan dia, kemudian dia pun bertanya apakah saya keberatan kalau kita berjalan bersama. Tentunya it is not wise for a girl to walk through East Berlin streets ditengah malam. Pada umumnya belin timur cukup aman, namun kondisi jalan yang begitu gelap dan banyaknya org2 mabok berkeliaran mlm2 membuat berlin timur kurang begitu aman. saya pun lgs setuju dengan ide dia

Kami pun berjalan bersama sepanjang Stralauer alle. grafiti liar menghiasi seluruh sisi kiri jalan itu sementara disisi kanan berdiri beberapa gudang2. suasana malam itu sangatlah sunyi dan mencekam. Lampu penerangan jalan tdk cukup untuk menerangi jalan panjang itu. Saking gelapnya terkadang wajahnya hanya terlihat samar-samar. Hanya derak langkah kami serta gemercik suara hujan yg terdengar. Terkadang kami melewati gelandangan yg berlindung dibawah rindangnya pohon. Terkadang saya berpikir buruk, bisa saja gadis ini berkomplot dengan bandit2 berlin. Bisa saja dia panggil teman-temannya untuk membunuhku, seandainya aku teriak sekuat tenaga, tidak ada yang akan mendengar. Namun sebuah light pepper spray pemberian temanku di Berlin ckp menurunkan adrenalinku.



Muncullah pertanyaan pertamaku yg memecah kesunyian , apa yg anda lakukan sedini ini di Berlin Timur, ternyata dugaanku benar, dia adalah seorang mahasiswi yang ternyata mahasiswi tahun kedua fakultas psikologi di salah satu universitas di Berlin. Malam itu dia sedang bertandang ke rmh kerabatnya untuk mengerjakan tugas kampus,namun sayang, kebetulan krn maintenance S bahn tdk beroperasi 24 jam. Pembicaraan pun lebih hanya berkisar seputaran Berlin and tourism. Selain itu dia pun ckp tertarik dengan content presentasiku tentang sustainable architecture in Berlin yg ku lakukan satu hari sebelumnya. Aku pun bercerita lebih lanjut tentang sustainability

Tak terasa waktu sudah menunjukkan 3.00 pagi, Stralauer alle, jalan yang mencekam itupun hampir mencapai berujung di jalan utama yg tentunya lebih ramai dan hidup, warchauer Strasse. Sayang hujan pun tambah lebat suhu makin menusuk, setiap nafas yang kuhembuskan menimbulkan embun dikacamataku, pakaianku tampak tak siap menghadapi ganasnya cuaca malam itu, jaket modis ala mangga dua-ku pun basah kuyup sementara dia memakai blazer yg memang berbahan ckp tebal. Melihat kondisiku yg begitu menyedihkan, dia pun proposed untuk menunggu di café yg buka 24 jam,sembari menunggu hujan reda. Karena aku gila akan kopi, maka aku pun mengusulkan padanya untuk membawaku ke café yg jg menyajikan real milchkaffee ala berlin,

Setelah berjalan hampir 45 menit,kami akhirnya menemukan sebuah café 24 jam yg menyajikan kudapan panas. Tanpa ragu2 kupesanlah milchkaffee ala berlin, milchkaffee adalah sajian kopi dengan perbandingan kopi : susu = 20:80, disajikan dalam cangkir yg sangat besar. Biasanya saya enggan memesan milchkaffee dikarenakan aroma kopinya yg begitu tenggelam,namun mlm itu tubuhku membutuhkan kalori yg ckp besar mengingat perjalan menuju hotelku yg msh hrs ditempuh dgm berjalan kaki. Dia pun memesankan Chocó lade truffle cake untukku,menurutnya,, Chocó lade truffle cake di café itu ckp dpt dibanggakan.



Suasana café tersebut ckp menyenangkan namun sederhana. Panel kayu begitu mendominasi interiornya.

Untuk yg pertama kalinya,aku dpt melihat wajah dia dengan jelas, dan untuk pertama kalinya juga,kami berkenalan dgn berjabat tangan, namanya adalah Sabrina, real Germans name dgn wajah yg kecil dan perawakan yang tidak begitu besar layaknya gadis gadis dr jerman selatan atau Belanda. Make up yg cukup minimal , pakaian yang super modis dan rambut yg diikat dibwh topinya serta gaya bicaranya ckp menggambarkan kharakternya yg ckp pasif dan dingin. Dr pembicaraan sebelumnya pun,aku dpt membuat konklusi demikian. Aku pun berpikir, apakah ini set default gadi gadis dari timur eropa?atau hanya kebetulan saja?Namun kekakuan tsb mencair setelah kami berjabat tangan.

Jaketku kugantung disamping ku,sembari mengeluarkan semua dokumen penting, Alhamdullilah semua masih dlm kondisi kering,pembicaraan pun dimulai ketika ku bertanya mengenai pendapatnya ttg Berlin, menurutnya Berlin adalah kota terdinamis di Jerman,Begitu banyak pelajar tinggal di Berlin. Seni, turisme, arsitektur dan politik merupakan motor penggerak kota terbesar di Jerman ini. Sayangnya industri enggan untuk singgah di kota ini. Pemkot Berlin berusaha sebaik mungkin untuk merubah image kota mereka dengan membangun proyek proyek bergengsi seperti, Reichstag, Sony Centre , Postdammer plaatz, Alexander plaatz, Museum Yahudi dan puluhan architecture site lainnya. Langkah tersebut dinilai ckp berhasil, jutaan turis datang tiap tahunnya ke Berlin, namun sayang langkah tersebut menjatuhkan Berlin ke jurang hutang yang sangat dalam, sejak reunifikasi Jerman, Berlin telah berhasil membukukan hutang sebesar 60.000.000.000 euro, sebuah angka yg fantastis. Anyway Sabrina, i like this city so much. Walaupun aku jauh lebih memilih Madrid untuk tinggal ketimbang Berlin. Namun kota ini bisa bercerita banyak dengan arsitektur sebagai medianya. Interesting Akhirnya untuk yg pertama kalinya dia pun bertanya ttg Indonesia, apa yg aku lakukan di Belanda dan tentunya dia bertanya ttg Bali.



Tak terasa datanglah sang pelayan membawa pesanan kami, dia memesan capuchino dengan kue yg sama denganku. Penampilan kue + kopinya ckp meyakinkan. Topping busa yg dibuat ckp apik. Namun sayang, rasa melchkaffenya ckp standard dan teralu ringan. Jauh kalau aku bandingkan dengan melchkaffe nya Westin Grand Hotel. Namun ketika kucoba Chocó lade truffle nya, mengejutkan unexpected it was so good. Rasa coklatnya yg begitu dominant dengan kekentalan yg ckp lembut benar memuaskanku. Boleh aku blg, inilah the best Chocó lade truffle yg pernah kunikmati di Berlin.

Dia pun setuju dengan penilaianku. Dia terlihat ckp menikmati Chocó lade truffle nya.Table manner yang ckp elegant membuat aku lebih penasaran mengenai latar belakang Sabrina. Tidak sekalipun sikunya menyentuh bibir meja, posisi duduk yang tegak, dagunya yg terlihat sedikit turun ketika menikmati kopi dan tatapan matanya yg tdk pernah lepas ketika kami sedang berbicara.

Akhirnya, aku pun berani menanyakan backgroundnya, dengan cara yang halus tentunya,aku bertanya apakah kamu dilahirkan disini, tentunya peristiwa runtuhnya tembok berlin mempermudahku untuk “mengorek” siapakah dia. bagi sebagian orang, tembok Berlin adalah sesuatu hal yang ckp traumatis, namun mereka dengan senang hati untuk menceritakannya kembali, kupikir itu pelampiasan rasa kekesalan mereka terhadap masa lalu yang kelam.

Sejak dibangunnya tembok Berlin, sampai beberapa tahun setelah tembok dirubuhkan, Berlin adalah kota mati yg tdk memiliki prospect cerah, namun semua itu berubah ketika tembok dirubuhkan dan Berlin ditetapkan sebagai ibu kota Rep. Fed Jerman. Ratusan ribu anak muda tertarik untuk menempuh studi mereka di Berlin. Sabrina adalah salah satunya. Originally dia berasal dari keluarga kecil namun terpandang di sebuah desa dipesisir utara Jerman. Perang dingin telah merubah hidup keluarganya. Sebelum perang pecah, hidup mereka sangat makmur. Industri adalah salah satu peganggan hidup banyak orang Jerman. Dia menceritakan beberapa kisah tentang bagaimana berliner hidup ditengah ketakutan dan keterbatasan. Pernah ada seorang keluarganya yang harus dipenjara berbulan-bulan dikarenakan memiliki beberapa piringan hitam Beatles atau kisah salah satu kakeknya yang pernah menyelundupkan bayi dari Berlin timur ke barat. Untungnya dia dibesarkan di kota kecil. Jauh dr ketegangan perang dingin antara barat dan timur. Menurutnya, suasana yg mereka rasakan pd saat itu sangat sulit untuk diceritakan kembali kepada generasi selanjutnya. Terkadang dia merasa begitu sedih, ketika turis mengabadikan checkpoint charlie dengan senyum yg lebar sementara keluarga Sabrina harus meratap ke arah para tentara aliansi berharap suatu saat mereka dapat merasakan kebebasan yg mereka idam-idamkan atau setidaknya dapat bertemu kerabat yang mereka cintai dibalik tembok. Begitu banyak pengorbanan yang mendera kehidupan 1 generasi diatas Sabrina hanya untuk dapat hidup normal. Alasan itulah yg membuat dia begitu mencintai Berlin. Kota dengan beragam memori dan warna

Akhirnya dia pun meminta ijin untuk membicarakan hal lain. dia bertanya padaku, how about yourself. Aku pun bercerita tentang bagaimana kehidupan di Indonesia, about my fam dan tentunya about my Girlfriend. I showed to her foto pacarku nina, dan she was surprised ketika mendengar kami sudah menjalankan long distance selama 5 tahun.

Pembicaraan kami ditutup oleh sebuah pertanyaan yang kuajukan : bagaimana km bisa langsung memutuskan untuk ikut dengan ku, menembus gelapnya jalan jalan di berlin timur. Dia pun memberikan jawaban yg ckp lucu, dia percaya padaku karena aku seorang turis dari Asia. Dia bilang : seandainya you adalah Berliner atau western tourist, maka I won`t asked you to accompany me for the whole night.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 4.30 pagi. Perlahan lahan Chocó lade truffle pun telah kami habiskan. Perjalanan malam itu pun kami lanjutkan menuju Landsberger Allee. Untung tepat pukul 5.00 pagi, bus kota sudah beroperasi. Tampak beberapa berliner sudah menunggu bus mereka di halte-halte. Setelah sampai di depan hotel ku, kami pun berpisah,

Lucunya dia berterima kasih padaku, krn telah menemaninya malam itu. Bukannya aku yg harusnya berterima kasih padanya karena telah menunjukkan jalan pulang. Jabat tangan menutup pertemuan kami pagi itu.

Ketika sampai dikamarku, tampak beberapa kolegaku yang teler karena mabok Bir. Sementara mereka kencan lokasi dengan beberapa gadis Spain di panorama Bar ( baca : Sexy girls and crazy hollanders )

Dalam dua malam itu aku dapat melihat 2 kutub perbedaaan yang begitu jauh, gadis gadis dari Spain yang begitu mudah membuka gerbang antara mereka dengan orang asing dan gadis dr Berlin timur yang begitu dingin. Ahhh aku jd kangen gadis Indonesia

Sebuah pertemuan yg ckp menggelitik,dan merubah perspektif saya akan gadis gadis Europe…. Wat een nacht…. Danke schön Sabrina un Auf Wiedersehen

Geen opmerkingen: